Selasa, 06 Oktober 2015

Anak dengan sindrom tamu

Anak dengan Sindrom Tamu

"Salim.., aduh nak kamu kok gitu sih...kamu kan tahu kalau mama sedang ada tamu. Jangan ganggu mama dulu dong nak. Masuk ke dalam dulu ya...". Si anak bukan malah masuk ke dalam, justeru tingkahnya semakin menjadi-jadi,"Ma, aku boleh minta kuenya gak? ".
"Aduh...kamu ini...di dalam kan ada....sudah mama sediakan buat kamu". "Tapi aku maunya yang ini ma...", sambil tangannya mengambil kue yang  di hidangkan.

Bunda ayah...
Pernah tidak bunda ayah merasa kesal sama si kecil karena berbagai polahnya justru pada saat bunda dan ayah kedatangan tamu ? Ada yang "ngelendotin" bunda ayah sehingga susah untuk berkonsentrasi dalam obrolan. Ada yang ngambilin kue yang di sajikan padahal di dalam sudah di sediakan untuk dia. Ada yang merengek-rengek minta sesuatu seolah tidak bisa di tunda. Sampai terkadang bunda ayah harus menariknya ke dalam dan memberikan sedikit ancaman, "Awas ya, sekali lagi kamu gangguin mama, mama gak akan beliin lagi coklat kesukaan kamu". Keluar juga akhirnya jurus pamungkas untuk mengakhiri perseteruan di ruang tamu. Si kecil terdiam dengan wajah tertekuk.

Amannn....kita pun kembali ke ruang tamu dan meminta maaf, "Maaf ya bu, anak saya itu kalau ada tamu memang suka aneh-aneh kelakuannya". Si tamu pun menimpali, "...yah...emang gitu bu, namanya juga anak-anak. Di mana-mana sama, anak-anak di rumah juga gitu". Hmm...senasib dong...

 

Mengubah Tamu Sindrom Menjadi Potensi Positif Bagi Anak

Bunda ayah...
Baik kita sedang menerima tamu, atau pun pada saat kita bertamu, kita sering mengalami peristiwa seperti ini. Terutama di kalangan keluarga muda yang memiliki anak relatif masih kecil-kecil. Tanpa sadar terkadang kita kehilangan kesempatan emas untuk mengubah sebuah suasana yang kita anggap menyebalkan ini menjadi kuatnya hubungan emosional kita dengan anak. Atau bahkan kesempatan untuk membangun kekuatan interaksi sosial anak dan menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Merupakan sebuah pemandangan yang menarik ketika Anas yang mendampingi Rasulullah sejak ia berusia sepuluh tahun itu bercerita,

عَنْ أَنَسٍ  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَزُورُ الأَنْصَارَ ، وَيُسَلِّمُ عَلَى صِبْيَانِهِمْ ، وَيَمْسَحُ رُءُوسَهُمْ

Dari Anas, Rasulullah mengunjungi shahabat-shahabat Anshar, mengucapkan salam kepada anak-anak  mereka dan mengusap-usap kepala mereka. 

Bunda ayah....
Anas menceritakan kepada kita sebuah peristiwa di mana saat itu Nabi Shalallahu'alaihi wasallam mengunjungi para shahabat Anshar. Yang sangat menarik adalah fokus cerita Anas itu bukan pada kunjungan Rasulullah  kepada para shahabat Anshar tapi ia justeru menyoroti sebuah kejadian antara Rasulullah dengan anak- anak mereka.

وَيُسَلِّمُ عَلَى صِبْيَانِهِمْ ، وَيَمْسَحُ رُءُوسَهُمْ

"Mengucapkan salam kepada anak-anak  mereka dan mengusap-usap kepala mereka."

Ada yang Terlewatkan

Bunda Ayah...
Ada yang seringkali terlewatkan oleh kita ketika bertamu. Ketika kita mengunjungi sahabat atau kolega kita. Pada saat di sana kita temui ada anak-anak, kita sering melewatkan mereka. Fokus kita hanya kepada teman kita, hanya kepada urusan kita dan ini lah pertanyaan kita kepada mereka, "Papanya ada dik ?". Bahkan salam dan sapaan sederhana pun sering tidak kita berikan kepada mereka.

Muhammad itu seorang Rasul, pemimpin tertinggi  kaum muslimin, begitu banyak urusan umat yang ia harus selesaikan. Tapi ketika ia bertamu ke para shahabat Anshar, urusan penting itu tidak membuat perhatian terhadapa anak-anak mereka terlewatkan. Mengucapkan salam kepada mereka dan memberik sentuhan usapan di kepala mereka bukanlah merupakan sesuatu yang membuang-buang waktu. Tapi Rasulullah tahu betul bahwa ucapan salam dan usapan itu akan memberikan efek dan kesan yang luar biasa terhadap mereka.

Bukankah dalam memberikan salam Rasulullah memberikan kepada kita sebuah kaidah,

يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلَى الْكَبِيْرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ

“(Hendaklah) yang lebih muda memberi salam kepada yang tua, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6231).

"Yang muda memberi salam lebih dulu kepada yang tua". Untuk anak-anak ternyata Rasulullah tidak demikian, Rasulullah memposisikan dirinya sebagai seorang guru yang sedang memberikan contoh dalam proses pembelajaran kepada mereka. Rasulullah pun mengucapkan salam lebih dulu kepada anak-anak Anshar yang ia temui. Lalu Rasulullah mengusap-usap kepala mereka. Abdulllah bin Ja'far bahkan sangat ingat jumlah bilangan usapan pada saat Rasulullah mengusap-usap kepalanya.

وعن عبد الله بن جعفر - رَضِيَ اللهُ عَنْهُما- قال: مسح رسول الله -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ- بيده على رأسي، قال: أظنه قال ثلاثاً، فلما مسح قال: (اللهم اخلف جعفراً في ولده).  أخرجه الحاكم في المستدرك،  وقال الذهبي: صحيح

Dari Abdullah bin Ja'far Radhiallahu'anhuma, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengusap rambutku dengan tangannya, lalu ia di tanya,"Berapa kali?", ia menjawab, "Tiga Kali". Setelah itu ia berdo'a, "Ya Allah! Tinggalkan (kebaikan-kebaikan) Ja`far pada anaknya (Abdillah)". (Di keluarkan oleh Al Hakim dalam mustadraknya, berkata Dzahabi Hadits ini Shohih.)

Inilah Kesempatan itu ?

Bunda ayah...
Ya..memang ada yang terlewatkan oleh kita pada saat kita bertamu atau menerima tamu. Sebuah perhatian dan sedikit sentuhan kepada anak.
Bunda ayah, sungguh Rasulullah memberikan contoh yang luar biasa. Ia datang, menyapa anak-anak lebih dahulu, mengucapkan salam kepada mereka, mengusap-usap kepala mereka. Setelah semua urusan itu selesai, baru Rasulullah berurusan dengan para Shahabatnya. Kenapa ketika kita kehadiran seorang tamu dan melihat anak kita mencoba mencari perhatian kita, tidak kita selesaikan dulu urusan mereka ? Bunda ayah, anak kita cuma ingin mengetahui siapa tamu bunda dan ayahnya. Ia ingin secuil perhatian. Akan lebih bijak ketika dia muncul kita memanggil dia, "Kemari nak....sini Mama kenalkan sama teman mama. Om tante....ini anak sholeh mau kenalan sama om dan tante...ayo nak...beri ucapan salam ..ke om Ilham dan tante Aisyah..".

Bukankah kita yang bertamu akan lebih menarik kalau menyapa mereka, "Subhanallah, Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh, wah...anak sholeh yang ganteng ini siapa namanya...sini nak salaman dulu dong....". Setelah bersalaman sambil mengusap kepalanya, "Nama mu siapa nak ? Udah sekolah belum..?"...dan seterusnya....

Bunda ayah...kalau itu yang kita lakukan pada saat kita bertamu atau menerima tamu, maka kita akan melihat sebuah efek yang sangat luar biasa....insya-Allah ia tidak akan mengganggu kita dan ia akan kembali asik dengan aktivitasnya.

Bunda ayah...apa yang sudah kita ajarkan kepada mereka dalam sesi yang sangat singkat ?
Kita telah mengajarkan kepada mereka tentang keutamaan menghormati tamu
Kita pun telah mengajarkan kepada mereka tentang keutamaan mengucapkan salam
Kita juga telah mengajarkan kepada mereka untuk berani berinteraksi dengan orang dewasa dan itu sangat membangun kepercayaan diri mereka.

Dan kita pun menjadi tidak terganggu selama bertamu atau menerima tamu. Subhanallah, semakin terasa bagi kita kemulian seorang Muhammad.

http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/anak-parenting/78-anak-dengan-sindrom-tamu


Untuk para suami yang memiliki balita

Untuk Para Suami yang Memiliki Balita
Wahai para ayah...renungkanlah...
Tatkala anak mu menangis tiap kau hendak pergi ke masjid,,,istrimu berusaha keras untuk menenangkan anakmu agar kau tidak terlambat sholat berjama'ah,,,maka ketika kau selesai sholat bergegaslah pulang dan ajak mainlah anakmu,,,kau tidak tahu betapa beratnya istrimu karena sholat tidak bisa tepat waktu...maka jangan kau buat dia tambah terlambat...
Tatkala istrimu tidak dapat melakukan sholat sunnah rawatib, tarawih dll dikarenakan sibuk mengurusi anakmu, maka suruhlah ia atau izinkanlah ia untuk bershadaqah....karena mayoritas penduduk neraka adalah wanita, sedang wanita khususnya seorang ibu seringkali susah untuk menjalankan ibadah2 wajib dengan sempurna (karena haid, nifas dll) apalagi ibadah sunnah...maka Rasulullah menyuruh perempuan untuk banyak bershodaqah.
Tatkala kau pulang disambut oleh istrimu yang sudah berhias dan merapikan rambutnya, maka puji lah ia,,,karena betapa susahnya seorang ibu yang memiliki balita untuk berhias...dan ia berhias semata2 untuk suaminya,,,maka hargailah ia...
Sebaliknya,,apabila kau pulang sedang istrimu dalam keadaan kurang rapi,rambut acak-acakan,,muka kusam,,,maka janganlah kau langsung membandingkannya dengan wanita-wanita yang kau lihat diluar apalagi artis...kau tidak tau betapa susahnya berhias...tiap kali selesai merapikan rambut si kecil suka menjambaknya...ketika selesai mandi tiba2 anakmu mengotori baju ibunya dengan tangan dan mulutnya...maka berhusnudzanlah,,,dan alangkah baiknya kau ambil alih anakmu dan suruhlah istrimu untuk mandi dan berhias....
Tatkala rumahmu kurang enak dipandang maka janganlah kau me-labeli istrimu dengan istri yang jorok,,,tapi lihatlah apa yang dilakukannya seharian,,,ia sibuk mengurus anakmu yang sangat lincah,,,memandikannya,,,memberinya makan..kemudian anakmu menghamburkan mainan atau mengotori lantai..maka sepantasnya kau ringankan pekerjaan istrimu misal mencuci piring atau menyapu rumah...
Tatkala kau memiliki banyak waktu luang sehingga mampu membaca banyak dari al-quran,,,sedangkan istrimu masih sibuk mengurusi anakmu,,,maka berbagilah waktu dengannya dan ambillah anakmu kemudian suruhlah istrimu untuk membaca al-quran..,janganlah mementingkan diri sendiri...yang demikian supaya suami dan istri dapat berkumpul di Jannah...maka bersemangatlah ibadah untuk dirimu dan keluargamu...
Tatkala masakan istrimu tidak selezat masakan ibumu,,,maka janganlah kau menghinanya,,,apalagi sampai membandingkan dengan masakan ibumu....kau tidak tahu betapa besar usaha istrimu agar masakannya disukai suaminya...ia masak dengan cinta dan penuh harap agar suaminya suka dengan masakanya,,,maka terbayang jika kemudian kau menghinanya apalagi membandingkannya dengan masakan ibunya...betapa hancur perasaan istrimu...sudah cape-cape memasak dengan sepenuh hati lalu kau hina....bayangkan betapa putus asanya istrimu saat hendak memasak lagi untukmu karena takut tidak sesuai seleramu...
Alangkah baiknya kau puji masakan istrimu lalu kau akhiri dengan masukan yang lembut,,,"wah masakanmu enak,,tapi nanti garamnya dikurangi ya.."
Bayangkan jika seperti itu,,,niscaya istrimu akan bahagia dan tambah semangat....
Semoga bermanfaat...
Buat para sunaminya boleh di copas bu ibuuu