Kamis, 07 Februari 2019

Nice Home Work 2 Matrikulasi IIP Batch 7

Bissmillahirrahmanirahim
Assalamualaikum..



Selintas di pikiran tetiba ingin bercerita tentang makna bahagia, 
Di dalam Nice Home work kemarin, saya bercita cita mendalami ilmu menjadi ibu yang bahagia sepanjang hayat bahkan akhirat. Lebih tepatnya ibu proffesional. 
Lalu saya berpikir... Seakan saya kurang bahagia 😁? , Rasanya naif banget menurut saya jika keinginan hanya ingin bahagia, toh setiap orang pun begitu hehehe. Namanya manusia pasti memiliki sikap manusiawi, entah itu sedih, suka, senang, maupun duka.

"Harapan dari setiap insan
ketenangan serta kesenangan
menjalani hidup ini tanpa ada cobaan
sayang harapan itu tak pasti
karena cobaan akan terjadi
tuk menguji sabar diri
dan ketakwaan 
akankah kita tetap tegar 
menjalaninya dengan keikhlasan ataukah terjerumus ke dalam keputusasaan
katakanlah
kami ini adalah miliknya Allah
yang akan kembali kepada Nya
 kapan dan dimana saja,
dan berdoalah mohon ampunan
dari semua kesalahan
agar mendapat keridhaan dan pertolongan." 

Lirik nasyid yang selalu saya ingat hingga sekarang. Eh aku malah nyanyi. Hehe
Makna bahagia itu sepertinya memiliki makna yang berbeda pada setiap orang.
Entah itu dalam hal finansial, materi, keluarga, kekuasaan, pengakuan atau bahkan spiritual.  contoh nya saja ada temen saya yang katanya akan sangat bahagia sekali jika dikaruniai anak akan dibawa kemana mana.  Di sisi lain temen saya yang lain, saat saya bertanya kemana dede nya biasanya di bawa? "Ngga saya lagi ga mau rempong bilangnya. jadi ga dibawa. Sekali-kali saya free dan bahagia" katanya.


Banyak orang menggapai kebahagiaannya dengan cara yang salah dalam pencapaian, mempunyai harta melimpah dengan berbisnis tapi bisnis nya diawali dengan kebohongan atau ada orang bekerja tapi di ikuti dengan korupsi. Duh maaf bahasanya masih belibet.

Dalam hal penerimaan, tak sedikit orang masih selalu ngegerutu dan mengeluh atas apa yang dijalaninya (termasuk saya , hiks) misal mendapat kan pekerjaan yang tidak sesuai, udah memiliki anak tapi masih mengeluh soal pengasuhan. Punya suami yang bertanggung jawab tapi ga romantis, lalu kita menuntut, hati tergores, lalu berujung tidak bersyukur. Rasa syukur kita jadi berkurang lalu bahagia menjadi musnah.

Saya bahagia jika saya bisa aktif dibidang bisnis dan photography bertemu dengan teman teman, Mengikuti workshop, memotret , ikut hunting street photography, mengejar sunrise dini hari dsb tapi.... Saya ga bahagia klo kegiatan tersebut menyita waktu anak anak hingga harus dititipkan di daycare. Rasanya Hampa. Saya bahagia jika saya bisa pergi berdua saja dengan suami tapi klo ga bawa anak anak. Hampa terasa...  Lagipula ga ada yang jagain mereka dink  ehehhehe.

Terkadang atau sering kita harus berkorban demi kewajiban, karena ternyata mengurus anak itu jauh lebih penting.
Bahagia itu tergantung cara kita memandang, Eh tapi jaman now bisa jadi kita bahagia, tapi kata orang, itu bukan kebahagian, lalu kita jadi menyamaratakan persepsi kalo bahagia itu standar nya kaya si A kaya si B, harus begini dan begitu.
Seperti misalnya waktu itu 
Saat saya berjalan-jalan (dengan jalan kaki) disekitaran komplek, karena keterbatasan saya ga bisa lancar mengendarai motor (karena takutan) mobil pun ga bisa karena belum punya hihi. Saya jalan kaki dengan menggendong si kecil yang masih bayi sambil menuntun kaka arfa sekedar membeli pampers ke minimarket terdekat.  waktu itu saya bahagia dan menikmatinya. Tetiba lewatlah tetangga memakai mobil lalu berhenti membukakan kaca mobil nya dan menyapa saya, sambil bilang "mau kemana? Bertiga aja? Ya ampun kasian, papahnya belum pulang? Di rumah sendiri aja? Udah dapet pembantu nya? Bla bla bla..."
Hehe
"Iya belum, ga apa apa biar anak saya gerak karena seharian di rumah"
Jawab saya sambil senyum. Lalu setelahnya saya berubah jadi Murung. 
Ga bahagia. Ga bersyukur.
 Ko ya aku jadi fullmom disini begini amat rasanya. Sejak saat itu saya menjadi malu untuk jalan kaki, malu untuk sekedar mengajak bermain anak anak di luar karena diluar sana yang ngasuh para nannys nya. Lalu perasaan saya sedih. Anak anak pun ikutan rewel karena saya tidak bisa memenuhi permintaanya karena pikiran kesana kemari. Badmood.


Pernah saya buka sosmed selebgram hihihii apa yang dirasakan? hidup mereka perfect ya gaiss... Perfect Di mata saya lewat jendela sosmed, padahal kan mana tau yaaakkk dibalik itu ada banyak yang harus mereka perjuangkan.

Makna kebahagian dalam islam sebagai agama yang saya anut adalah perasaan tenang karena memiliki Allah dalam tujuan hidupnya sesuai dengan alquran surat alfath ayat 34. Isinya tentang ketenangan dalam menjalankan tugas sebagai Hamba Allah. 

Sedih itu adalah perasaan manusiawi, Allah menciptakan kita untuk bisa menangis, tertawa, berbicara, tersenyum dan lain sebagainya. Baik secara fisik maupun perasaan pasti ada hikmah dan tujuan dibalik semua itu. Masha Allah .Namun bagaimana cara mengelola kebahagiaan kita?

Ada orang yang ditimpa masalah namun tetap tawakal dan tenang... Amazing....! kalau saya berpikir kesana rasanya rapuh banget. Kadang punya masalah yang ga seberapa aja kok berat jenderal. Padahal banyak tanggung jawab yang saya pikul anak anak dan suami. Masa iya melulu saat punya masalah saya jadi uring uringan di depan anak, suami pun jd ikut ikutan uring uringan, hadoooh..hahaha.


Perlu diperbaiki lagi sikap sebagai perempuan ehehehe... But no body is perfect, manusia tempatnya salah tempat nya khilaf , apa yang saya lakuin di dunia ini pengen Allah ridha sama aku. Ilmu sebagai perempuan, sebagai istri, sebagai ibu yang memiliki tanggung jawab berupa amanah yang Allah titipkan. sehingga makna kebahagiaan yang saya rasakan tak hanya menjadi diri tenang, senantiasa menebar kepada anak anak dan keluarga.
Karena apa? Saya ingin mereka berhasil dalam kehidupannya baik dunia dan akhirat baik ilmu agama maupu ilmu lainnya. Menapaki kehidupan dengan suka cita bahagia tanpa mengesampingkan Tuhan semesta Alam.. Tak ada lain tujuan hidup kita agar memperoleh surga dan dijauhkan dari api neraka Naudzubillah..


Bagaimana caranya? Tak semudah membalikan telapak tangan genks... Never ending procces. Dimulai dari diri sendiri, Semoga saya tak bosan dan tak pernah lelah untuk belajar dan belajar... 
Well, sudah cukup teori ngalor ngidul cuap cuap nya saatnya NHW 2, ini dia lanjutan proses dr nhw 1, belajar sebenarnya, hehehee....

NHW nya ditugaskan untuk membuat indikator proffesional sebagi individu, sebagai istri dan ibu. 
Cara menemukan indikator Bisa bertanya kepada suami dan anak, apa yang membuat mereka bahagia dari seorang saya hehehe..

Ini tugas nya keren banget, seakan saya punya tugas mewawancarai anggota keluarga jadi mamarazzi untuk meneliti, meresapi bertanya sama ka arfa, alena, dan pak suami..
Saat bertanya by wasap sm suami, kok deg deg an hahaha... Kyk baru pertama ngobrol wkwkwkw.
Kebetulan suami udah beres kerja nya, klo masih sibuk ya dah.. yuuk bye..


Jawabannya tadaaa... 
Dia bahagia saat saya bisa mengontrol emosi ke suami dan anak-anak. Haha saya pun bahagia klo saya bisa untuk urusan ini. Terus terus apalagi?  Bahagia melihat saya bahagia... Uhuks... Klo dulu sih so swiiiiit... Klo sekarang, ah masa sih? Yang pasti doonk  jawabannya masih sangat  umum sekali, hehehe...
"Ayo komunikasikan mumpung mau nampung nih hhehee..." Jarang jarang bisa begini biasanya kan saya melulu yang menuntut suami harus begini begitu.
Bisa berjilbab lebih panjang katanya (oke noted). Trus intinya bahagia asal aku bahagia... Yaaa balik lagi kesana. Belum kepikiran katanya, Jyahh... Karena lagi mengerjakan hal lain di rig tempat dia kerja. Baiklah memang susah diajak bicara suamikuh yang satu ini hehe... Tapi mendingan.
Setelah saya tafakur ke masa sebelumnya dia orang yang rajin sapu sapu di rumah, gatal klo liat mainan berserakan, cucian numpuk dia yang cuci, walopun emak ngomel ngomel itu kenapa cucian nya dicampur yang merah sm yang putih kan jadi luntur kena ke warna putih bla bla bla..... Hahaha. 

Dia sering ngelipat baju baju di keranjang tanpa diminta walaupun tak masalah bajunya tak disetrika. Berarti ingin rumah terlihat rapi dan bersih. Dia selalu menyarankan saya untuk mencari ART, tapi kusudah bosan mencari ART dalam setahun bisa sampai 7 kali ganti ART. Kami bukan orang kaya yang bisa menggaji ART dengan nilai jauh lebih tinggi dari harga pasaran. Lupakan ART Mungkin ini artinya saya yang harus mengerjakannya xixixi semangat team mama loncat... 
Berikut tabel indikator sebagai ibu proffesional. Harapan semoga bisa konsisten tanpa pengaruh dari luar dan tetep ikhlas.. Aamiin ya Allah 😇🙏👼






Tidak ada komentar:

Posting Komentar